CERITA SAAT PERTAMA KALI MENGETAHUI KEHAMILAN PERTAMAKU

SAAT MENGETAHUI KEHAMILAN PERTAMAKU

Akhirnya...
Tri Mester Pertama kulaui, setelah banyak drama pastinya.
Ada air mata, ada kekesalan, dan lebih banyak bahagianya pasti.
Oktober, subuh itu ingin kususul suamiku ke kamar mandi sebab ingin kusampaikan Sholatnya di rumah saja, aku ingin menjadi makmumnya, Aku sedang malas sholat sendiri dan malas kemesjid. Tapi tiba tiba kepala pusing menghampiriku, tiba tiba lemas dan mual maka kuurungkan niatku.
Dua Minggu lamanya aku hanya bisa berbaring di kasur (terima kasih sudah merawatku sayang)
Aku fikir tipesku kambuh lagi, sebab rasanya sama dengan penyakit tipes seperti biasanya.
Oh iya, aku tidak ke klinik takut di suntik soalnya.
Dua minggu berlalu, kesehatanku mulai berangsur membaik. Di Minggu itu, tiap harinya aku selalu ingin memasak apa saja resep yang pertama  yang kujumpai saat membuka Instagram.
Ada Mie Titi, Mie Pangsit, Barobbo, Kapurung, dll
Minggu selanjutnya ada Flek... oh Astaga kufikir saat aku lagi itu haid.
 Oktober kulalui dengan sakit dan ngidam makanan ini dan itu.
          November setiap yang kusuap melalui mulutku akan keluar seketika. “Aku tersiksa” begitu pikirku.
Sempat berboncengan dengan suamiku pulang kekampung,
kau tahu kawan ????
lagi lagi cerita tak berfaedah yang banyak kudengarkan dari mereka mereka yang kurang adap, yah mungkin, mungkin mereka kurang beradap dan kurang tahu tentang segala sesuatu yang menyangkut nyawa manusia itu adalah taktir dari Allah dan bukan manusia. Mereka menyalahkanku atas ketidak hamilanku, membanding bandingkanku dengan mereka yang sudah hamil dan sebentar lagi melahirkan anaknya, sedang pernikahanku lebih dulu kujalani.
Ah... syukurlah
lagi lagi ada Mertuaku yang kusayang dan baik hatinya, walau kadang suka marah marah
😅
Mereka membelaku, menjawab semua komentar miring org org terhadapku, walau aku tahu ada raut wajah kecewa di wajahnya sebab aku tak kunjung memberinya cucu, yah cucu pertama yg mungkin saja dia nantikan juga.
          Makassar, saat itu kami sudah tiba di makassar dan waw matahari pagi tak membawa kesegaran baru padaku. Aku mual setiap kali melihatnya. kuputuskan untuk hanya berada di dalam kamar, mataku alergi pada cahaya.
Malam hari, sesaat suamiku tiba di rumah, aku di ajaknya ke warung bakso andalanku yang lokasinya lumayan jauh dari tempat tinggalku. aku mengiyakan, sepanjang perjalanan suamiku sibuk bercerita dan tertawa seperti biasanya dan kau tahu ??? aku juga sibuk dengan marah marahku sebab tak seperti biasanya mataku silau melihat cahaya lampu.
tepat jam 12 malam, kami tiba di rumah, ada kata yg terlintas di hati dan fikiranku "kenapa kamu tidak tespek saja" yah seketika itu fikiran untuk tespek memenuhi kepalaku walaupun menurutku saat itu aku belum telat haid.
jam 2 malam, kubangunkan suamiku dan memintanya ke apotik terdekat membeli tespek, tanpa pikir panjang dia bergegas, beberapa menit kemudian suamiku datang...yes akhirnya ku pakailah tespeknya. dan waw garis dua biru itu muncul........................................................
Seketita tubuhku ngilu, badanku lemas, jantungku berdetak lebih kencang, sangat kencang melebihi biasanya. Kupandang – pandangi tespek itu, terus dan terus menerus hingga tak terasa ternyata aku sudah 30 menit di dalam WC.
Tidak tahu, yah aku tidak tahu apa yang akan kukatakan pada suamiku, aku begitu gemetar, aku berfikir apakah suamiku juga akan bahagia dengan kehamilanku ini ??? apa suamiku akan biasa biasa saja ??? atau apakah suamiku diam diam tak menginginkan kehamilanku ??? ribuan pertanyaan muncul dibenakku dan semakin menjadi jadi, walau sebenarnya aku tahu, suamiku juga mengharapkan seorang anak, ia rindu akan hadirnya bayi mungil di antara kami, bayi yang lahir dari rahimku pastinya. Tapi kegelisahan dan pertanyaan pertanyaan yang entah dari mana asalnya seketika menutup akal sehatku. Aku bahagia sangat bahagia hingga tubuhku ngilu dan menggigil, ini pengalaman pertamaku di kehamilan pertamaku. Oh… air mataku tiba-tiba jatuh tanpa permisi, tanpa aba aba, aku bahagia dan tak dapat mengungkapkannya dengan kata. Sebentar lagi aku akan jadi Ibu. Tersedu sedu, sendiri tak ingin kuperlihatkan air mata ini pada suamiku, takut aku takut, aku takut  tidak bisa menjaga kehamilan yang sangat berharga ini. Oh air mataku, ada apa ini ??? air mataku tak juga memberi tanda akan berhenti.
Lima menit, lima menit lagi, lalu lima menitnya lagi, begitulah kira kira hingga semua dalam diriku mulai stabil. Kuberanikan diri yang masih merindig ini masuk kekamar, berbaring di samping suami yang sedang sibuk mengurus pekerjaan yang ada di ponselnya.
Aduh,, ada apa ini, lagi lagi perasaan seperti tadi menyerangku, dingin, menggigil, jantungku ingin copot rasanya, air mataku mulai lagi membasahi pipi, tersedu sedu dalam diam, aku tak ingin suamiku melihatnya. Bibirku kelu tak bisa mengatakan apa yang terjadi padanya, aku diam, lalu dengan segenap tenaga setelah kucoba mengatur nafas dengan lebih baik berharap semua menjadi baik. Kuraih HP didekatku, ku fotokan tespek yang dari tadi kupegang, “sayang, aku hamil” begitulah isi pesan whatsaapku kira-kira sambil menyertakan foto tespek tadi.
“hah….” pekiknya setelah membaca pesan lalu berbalik kepadaku
”mana tespeknya??, aku mau melihatnya”
“ini” sambil kusodorkan tespek tadi.
“apa??? Ini benar gak sih??? Kamu hamil ???” dengan suara yang bergetar, matanya berkaca kaca, lalu terdiam begitu saja sambil memandangi tespek itu.
Sepuluh menit berlalu, suamiku masih setia memandangi tespek itu tanpa ekspresi sama sekali, aku bingung, aku bertanya pada hatiku “apakah dia senang dengan kehamilanku ini atau tidak ??? kenapa dia tak seromantis artis di TV saat mengetahui istrinya hamil, oh aku kembali sedih…
“mungkin dia tak bahagia dengan kehamilanku ini” begitu pekikku dalam hati yang menambah deras air mataku. Pura pura tertidur, itulah yang kulakukan. Dalam kepura puraanku kurasakan suamiku memandang kearahku, lalu mematikan lampu, kemudian kudengar suara tersedu sedu layaknya orang yang sangat bersedih, sedih sekali.
Kucoba pelan pelan membalik tubuhku, membuka mataku sedikit, di pojokan sana, sudut kamar kulihat suamiku menunduk, memeluk lututnya, bersandar di tembok, ia sedang menangis, sesengukan yang nyaris tak terdengar. Kulihat sekali kali ia memandang tespek itu lalu kemudian air matanya semakin deras, tak mau berhenti persis sama dengan yang kualami tadi sebelum masuk kedalam kamar. Lama aku menunggu, akirnya suamiku mencoba menguasai dirinya, dan kembali ketempat tidur. Di sini, aku yang pura pura tertidur dia memelukku erat, erat sekali seakan akan tak ingin berpisah, andai suamiku tahu, aku juga merasa apa yang dia rasa, kami bahagia, sangat bahagia hingga kebahagiaan itu menjadi haru, haru dan menutupi kebahagiaan sehingga hanya air mata yang berbicara.
“Yaa Bunayya… kebanggaan Ibu dan Abi, permata hati kami, kebahagiaan kami, jadilah anak yang Soleh, mari berbahagia bersama, mari hidup saling sayang menyayangi, tumbuhlah menjadi anak yang Ibu dan Abi banggakan, dibanggakan di dunia ini dan lebih membanggakan di akhirat kelak. Ibu dan Abi akan berusaha menjadi orang tua yang terbiak buatmu nak, jadilah Hafiz, berimanlah kepada Allah, dirikanlah sholat, jadilah anak yang dermawan, semoga rezekimu melimpah dan sehatlah nak.

Comments

Pria kesepian said…
Ahh baper saya bacanya,, smoga lahirannya dilancarkan mbak

Popular posts from this blog

Terkenal Horor, Ternyata Suzanna Punya Suara Semerdu Ini

TEMPAT NONGKRONG KEREN DAN MURAH BUDGET MAHASISWA DI MAKASSAR

SEHATQ PLATFROM TRANSAKSI PRODUK DAN LAYANAN KESEHATAN TERAMAN